LAPORAN KELOMPOK SOSIAL
PEACE GENERATION
UNTUK MEMENUHI TUGAS
SOSIOLOGI
Anggota :
-
Achmady
Sophiaan (02/XI S2)
-
Iftakh
Nurlatifah (16/XI S2)
-
Priska
Mariana (21/XI S2)
-
Rusmiyati (24/XI S2)
SMA NEGERI 1 GODEAN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Latar Belakang
Amanat
untuk menciptakan perdamaian dan menghargai kebhinekaan tercantum sangat jelas
dalam UUD 1945 dan Pancasila. Semangat menghargai perbedaan dan bermusyawarah
merupakan salah satu manifestasi dari para pendiri bangsa terdahulu. Sayangnya,
cita-cita itu agaknya kini dimaknai dengan sempit oleh masyarakat. Pada
sebagian orang atau kelompok tertentu, konflik natural yang muncul dari
perbedaan identitas dan pemikiran kini kerap memicu penyelesaian konflik yang
berdarah-darah dan penuh kekerasan. Keragaman tak lagi dipandang sebagai suatu
anugrah, konflik tidak diselesaikan dengan dialog. Yang lebih menyedihkan,
tidak sedikit kaum muda yang turut memilih jalan kekerasan ini.
Tren kekerasan di kalangan pemuda Yogyakarta pun
meningkat di tiga tahun terakhir (2010-2012). Mei 2012.
Ratusan siswa SMA Piri dan Muhamaddiyah 2 terlibat tawuran setelah pengumuman
kelulusan sekolah, dua siswa terluka. Mei 2012. Di
Babarsari, dua kelompok massa saling serang dalam beberapa malam. Satu mobil
dan beberapa buah motor dirusak massa. Warga setempat tidak berani keluar,
mahasiswa terganggu aktivitasnya. Sebagian pelaku diindikasi sebagai mahasiswa
dan pemuda kampung. Mei 2012. Diskusi publik bersama Irshad
Manji di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) diserang oleh ormas keagamaan.
Satu orang luka parah di kepala, belasan lainnya memar-memar karena dipukuli
atau dilempari barang. Beberapa pelaku penyerangan dikenali sebagai mahasiswa
dua perguruan tinggi di Yogyakarta. April 2012. Bentrok
antara supporter PSS Sleman dengan PSIS. Sebelumnya, terjadi bentrokan antar
pendukung PSS Sleman sendiri: kelompok Slemania dan Brigatta Curva Sud.
Kebanyakan dari mereka adalah pemuda usia produktif, bahkan berstatus mahasiswa
di universitas-universitas ternama di Yogyakarta. Maret 2012.
Tawuran antar sesama pendukung PSIM Yogyakarta, Maiden dan Brajamusti. Satu
orang pemuda tewas tertusuk. Oktober 2011. Tawuran SMA 6 dan
Muhammadiyah 2, satu orang tertusuk. Oktober 2011. Tawuran
SMK Piri I dan SMA Muhammaddiyah 3, satu orang luka parah karena sabetan benda
tajam di kepala. April 2011. Tawuran SMA Gama dan BOPKRI 2,
satu orang meninggal dunia karena ditusuk. Oktober 2010. Q!
Film Festival kesembilan dihentikan dan dibubarkan oleh ormas keagamaan yang
sebagian besar anggotanya mahasiswa.
Selain
contoh di atas, kekerasan juga hadir dalam hubungan keluarga (KDRT), pacaran,
dan pertemanan di sekolah (Bullying).Dari semua hal tersebut,
pemuda menjadi pihak yang selalu terlibat dalam lingkaran kekerasan ini,baik
sebagai korban, penonton, maupun pelaku.
Dari fenomena kekerasan yang ada pun kemudian
menimbulkan sejumlah pertanyaan. Apakah Yogyakarta telah menjelma menjadi kota
yang rawan kekerasan dan tidak berhati nyaman? Apakah masyarakat Yogyakarta tak
lagi memiliki toleransi dan kepedulian terhadap kebhinekaan? Jawabannya: TIDAK.
Yogyakarta masih memiliki kaum muda yang memilih cara-cara penyelesaian konflik
dan masalah tanpa kekerasan. Mereka bergerak aktif melalui banyak komunitas
produktif, seperti Coin A Chance, komunitas Jendela, komunitas Cemara, Kampung
Halaman, Youth Interfaith Forum on Sexuality, Fourum Indonesia Muda, dan masih
banyak lagi. Namun, sayangnya, gerakan positif semacam ini justru jauh dari
sorotan media dan masyarakat, sehingga kalah gaungnya dengan gerakan kekerasan.
Oleh
karena itu, Peace Generation sebagai wadah dan komunitas anak muda yang peduli
dengan isu kebhinekaan dan perdamaian bermaksud menggandeng komunitas,
organisasi, serta individu yang memiliki semangat dan cita-cita yang sama untuk
ikut serta dalam merayakan Hari Perdamaian Internasional. Perayaan ini
sekaligus menjadi simbol bahwa anak muda Yogyakarta masih sangat peduli
terhadap upaya menjaga kebhinekaan dan menciptakan perdamaian, serta mendukung
terciptanya Kota Yogyakarta tanpa kekerasan. Perayaan ini akan dilakukan dengan
membentuk Lingkaran Pelangi Manusia. Pelangi adalah simbol kebinekaan atau
keberagaman. Lingkaran adalah simbol persatuan, saling melindungi. Dan manusia
adalah makhluk yang hidup di dalam serta menghidupi kebinekaan tersebut.
Tujuan
1.
Merayakan Hari Perdamaian Internasional (setiap 21 September)
bersama masyarakat Yogyakarta.
2.
Menjadi ajang berkumpulnya komunitas-komunitas pemuda di Yogyakarta
untuk saling mengenal dan membangun jaringan dalam semangat kebinekaan dan
perdamaian.
3.
Menjadi pengingat bagi masyarakat Yogyakarta, khususnya pemuda,
bahwa setiap individu adalah bagian dari kebhinekaan.
4.
Menjadi pengingat bagi masyarakat Yogyakarta untuk menciptakan
perdamaian dan menolak segala bentuk kekerasan.
Faktor
Pendorong :
·
Meningkatnya
tren
kekerasan di kalangan pemuda Yogyakarta
·
Menciptakan
kedamaian antar sesama manusia
·
membantu kaum muda
melewati proses pencarian identitas diri sehingga menemukan identitas dirinya
·
Untuk membentuk mental
yang baik sehingga bisa melakukan tindakan-tindakan positif bagi nusa dan
bangsa
·
Mengurangi
angka diskriminasi di kalangan tertentu, misalnya: diskriminasi terhadap kaum
LGBT, diskriminasi terhadap kaum minoritas
Bentuk & Komposisi Acara
Acara berbentuk Flash Mob dan pertunjukkan seni. 150 pemuda akan membentuk lingkaran pelangi
di tengah-tengah perempatan nol kilometer dan melakukan flash mob. Sebuah bendera merah putih akan dikibarkan di tengah lingkaran oleh
5 pemuda: waria, Bali, perempuan Muslim, difabel, dan Papua. 20
pemuda akan menjadi pembawa Sandwich Board berisi pesan-pesan perdamaian dan
menyebar di sekitar lokasi 30 pemuda lainnya terlibat dalam pengisi
acara di panggung yang merupakan pusat informasi serta tempat penyampaian pesan
perdamaian melalui media seni: Musik, tari, komedi, sulap, dsb.
Kegiatan yang pernah dilakukan Peace
Generation :
1.
Pemutaran film
yang berhubungan dengan perdamaian dan konflik
2.
Mengikuti
workshop Active Non Violancedi Pnomp Penh,
Kamboja pada bulan Maret 2003.
3.
Pelatihan Fasilitator.
Acaranya ini bertujuan untuk memberikan skillfasilitasi
kepada panitia Student Camp for Peace.
Acara ini sendiri dilakukan pada bulan Mei 2003.
4.
Student
Camp for Peace, 7-11 Mei 2003
5.
Ngamen di sekitaran Boulevard UGM di hari Minggu untuk mencari
danaStudent Fair. Kegiatan ini
dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2003.
6.
Pembuatan poster
anti kekerasan sebagai respon terhadap budaya kekerasan dalam inisiasi
kampus/ospek. Poster ini ditempelkan di beberapa kampus di Jogja pada masa
ospek tahun 2003.
7.
Mengikuti Youth Camp di Korea Selatan. Peace Generation
mengirimkan dua orang anggotanya untuk berpartisipasi dalam acara tersebut.
8.
Bekerjasama
dengan Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian berpartisipasi dalam “Gadjah Mada
Expo” pada bulan September 2003 di UGM.
9.
Bekerjasama
dengan USC Satu Nama mengadakan Training for Trainers:
“Manajemen Organisasi dan Peace Education”. Kegiatan ini dilaksanakan pada
tanggal 23-25 Januari 2004.
10. Bekerjasama dengan Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian
dan didukung oleh UNICEF dalam “Goat Goes to School”,
ekspresi kasih sayang siswa pada guru. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal
22 Februari 2004
11. Kampanye rekonstruksi hubungan damai guru-siswa “my teacher and me” diSMU 3, SMU 8 dan SMU 11
Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan rangkaian Goat
Goes to School dan dilaksanakan pada bulan Januari-Februari
2004.
12. Sekolah Minggu. Kegiatan ini melibatkan teman-teman
SMU di Jogja dan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2004. Ada empat topik
yang ditawarkan dalam sekolah minggu: Aku dan Teman Dekat, Mengenal
Stereotyping, Aku dan Keluarga: Stereotyping dalam keluarga, Laki-Laki Vs
Perempuan: Preferensi Gender dalam Kehidupan Sosial.
13. Pelatihan Fasilitator Jilid 2. pelatihan ini bertujuan
untuk meng-up grade kemampuan fasilitasi panitia Peace Camp: Peace in Our Neighbourhood.
14. Peace Camp: Peace in our Neighbourhood. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 23-27 Januari
2005 di Wanagama. Peserta Peace Camp adalah mahasiswa tahun pertama dan kedua
dari seluruh Indonesia. Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan pemahaman
tentang keberagaman yang ada di Indonesia.
15. Pameran Karya Perdamaian. Kegiatan ini dilaksanakan
pada Februari 2006 dengan pelajar SMU sebagai pesertanya. Pada kegiatan ini
dipamerkan karya-karya perdamaian yang memperlihatkan perbedaan dan konflik di
lingkungan pelajar SMA.
16. Peace Generation bekerjasama dengan Pusat Studi
Keamanan dan Perdamaian membuka tiga dari sepuluh titik posko gempa yang ada di
Bantul dan Klaten. Program bernama Ayo Sinau karo Dolanan (ASKADOL) bertujuan memulihkan
trauma anak-anak korban gempa melalui programtrauma healing.
17. Ceria Bersama Peace Generation (CERPEN) dilaksanakan
padaJuli 2006 di Taman Kyiai Langgeng, Magelang. Kegiatan ini diikuti oleh
anak-anak korban gempa dari tiga daerah di Bantul dan Klaten.
18. Selangkah Anak Menuju Perdamaian (SEMAI). Dilaksanakan
pada Bulan Agustus 2006 di Kids Fun Park, Yogyakarta. Kegiatan ini mengundang
anak-anak dari sepuluh titik dari program ASKADOL.
19. Pameran Karya Anak Korban Gempa, di Sriharjo, Imogiri
dilaksanakan pada Agustus 2006. Kegiatan ini menampilkan karya-karya anak
sekolah dasar di daerah Sriharjo, Imogiri- salah satu wilayah gempa.
20. Fun Bike for Charity dilaksanakan pada Agustus 2006 di Rumah Apung,
Rawa Jombor, Klaten. Kegiatan ini megajak siswa sekolah dasar dari Desa
Dengkeng dan Pacing, Klaten untuk bersepeda bersama menuju Rawa Jombor.
Kegiatan ini sendiri bertujuan untuk menggalang persahabatan dan perdamaian
antara siswa-siswa dari dua desa yang terkena dampak gempa bumi.
21. Natural Reflection September 2006 diadakan di Bali. Pada acara ini
Peace Generation merencanakan strategic planning Peace Generation ke depan.
22. Mengikuti International Youth Summit di
Thailand pada September 2006. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan LSM
perdamaian dari seluruh negara di ASEAN. Pada kesempatan ini, Peace Generation
sendiri adalah salah satu nara sumber yang dijadikan rekomendasi bagi
pengelolaan program perdamaian.
23. Pelatihan Fasilitator Jilid 3. Pelatihan ini dilakukan
untuk membekali para anggota Peace Generation yang akan menjadi fasilitator
pada kegiatanFeeling Peace in Our School.
24. Feeling Peace in Our School dilaksanakan 13-17 Januari 2007 di Omah Jawi,
Yogyakarta. Para peserta adalah pelajar dari seluruh SMA di DIY dan Jawa
Tengah. Kegiatan ini bertujuan mengenalkan budaya perdamaian di SMU.
25. Stiker Perdamaian merupakan bentuk kampanye perdamaian
yang dilaksanakan oleh alumni program Feeling Peace in Our School.
Dengan mendistribusikan 1000 stiker yang mengangkat tema perdamaian, Peace
Generation ingin menyebarkan pesan-pesan perdamaian ke seluruh pelajar SMU
se-DIY dan Jawa Tengah.
26. Mengirimkan perwakilan ke International Conference of Gross National Happiness di
Thailand, 16-30 November 2007.
27. Jogja Peace Amazing Race, 21-25 Januari 2008.
Merupakan perjalanan mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari seluruh pelosok
Indonesia untuk berkeliling ke 9 tempat di Jogja yang memiliki nilai perdamaian
selama sehari penuh. Selanjutnya mereka berkumpul selama 4 hari untuk membahas
apa yang telah mereka peroleh.
28. Pengiriman delegasi ke International Youth Forum, Juni 2008, di Bandung, Jawa
Barat.
35. dan lain-lain.
Sasaran Peserta :
1.
200 pemuda dari seluruh Yogyakarta.
2.
Jaringan Perempuan Yogyakarta
3.
Save Diversity
4.
Gusdurian
5.
Youth Interfaith Forum on Sexuality
6.
Kampung Halaman
7.
Komunitas Cemara
8.
Komunitas Jendela
9.
AFS
10. Forum Indonesia Muda
(FIM)
11. PMII
12. PMKRI
13. GMKI
14. Komunitas Pelangi
Yogyakarta
15. Yogyakarta untuk
Kebhinekaan (YUK!)
16. Young Peacemaker
Yogyakarta
17. Global Changemaker
18. ClubSPEAK (Suara Pemuda
Anti Korupsi)
19. Dan lain-lain
Kesimpulan
Peace generation merupakan kelompok sosial yang bergerak
dalam kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian yang mengutamakan
nilai-nilai, sebagai berikut:
·
Nilai
Perdamaian
usaha Peace Generation menyebarkan nilai-nilai
perdamaian pun tidak akan berjalan baik tanpa kaum muda yang tangguh dan
mandiri, yang mengenal dirinya dan sesama,
·
Nilai
Sosial
menghargai setiap perbedaan yang ada antar sesama
anggota peace generation yang terdiri
dari berbagai ragam budaya
·
Nilai
Budaya
Membudayakan nilai-nilai perdamaian,kebersamaan, solidaritas, loyalitas
di kalangan generasi muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar